Inilah Tiga Pesan Gus Dur untuk NU

Yenny Wahid, putri almarhum Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyampaikan bahwa ada tiga pesan untuk Nahdlatul Ulama (NU). Pesan tersebut disampaikan Yenny jelang pembukaan Muktamar ke 33 NU, di Kabupaten Jombang 1-5 Agustus.

"Ada ketiga pesan dari almarhum Gus Dur untuk NU. Diantaranya, NU harus mampu menjadi jangkar kebanggan bagi Indonesia. NU harus menjadi payung yang bisa memayungi seluruh elemen di Nusantara ini. NU harus bisa melindungi, sehingga tercipta kehidupan berbangsa yang adil," jelas Yenny kepada awak media di lokasi utama Muktamar.

Adapun pesan yang ketiga kata Yenny, untuk NU ke depan adalah harus bisa menjadi penerang bagi semua kelompok maupun bagi partai politik. NU diharapkan bisa berdiri di semua golongan. "Tiga pesan itu untuk kepengurusan Nahdlatul Ulama (NU) ke depan," katanya.

Yenny mengaku senang sekali sebagai murid almarhum Gus Dur yang bisa meneruskan apa yang telah diperjuangan Gus Dur. "Yang terpenting, NU itu harus menjadi pembimbing pemerintah agar berjalan di jalan yang lurus," katanya.

Saat ini tambah Yenny, NU banyak tantangan ke depan. Berbagai masalah terjadi baik di dalam negeri ataupun di dalam negeri. Untuk itu, NU harus bisa berperan aktif mengawal peradaban di dunia.

"Saya prihatin dengan kondisi Islam saat ini, dimana terdapat sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam tapi justru berbuat kekerasan. Mereka menggunakan nama Islam untuk menyakiti orang lain," jelasnya.

NU katanya, mempunyai berbagai macam gagasan yang bisa menjadi jawaban bagi semua persoalan salah satunya kekerasan yang terjadi di dunia. "Saya mendukung dengan konsep Islam Nusantara yang juga menjadi tema besar pada Muktamar NU kali ini. Konsep Islam Nusantara dinilai mempunyai prinsip toleransi dan mengayomi," ujarnya. (*)

Mardiansyah Triraharjo
jatimtimes.com, Aug 01, 2015

* Gus Dur (Abdurrahman Wahid) adalah Presiden Republik Indonesia yang keempat; menjabat dari 1999 hingga 2001, menggantikan B.J. Habibie. Tokoh Muslim Indonesia ini adalah mantan Ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).