Indonesia diberkahi dengan tanah subur dan luas. Namun demikian, bukan berarti kondisi ini membuat beras bisa diproduksi lebih murah ketimbang negara-negara ASEAN sesama produsen beras.
Indonesia Representative Assistant Food and Agriculture Organization (FAO), Ageng Herianto, menjelaskan kurang efisiennya produksi beras di Indonesia lantaran selama puluhan tahun mengandalkan lahan pertanian di Pulau Jawa.
“Jawa ini yang paling subur, infrastrukturnya yang paling siap. Lahannya benar-benar subur karena tanah vulkanik, ini berbeda dengan sekali dengan lahan di luar Jawa. Lebih banyak mengandalkan Jawa,” kata Ageng kepada detikFinance, Minggu (18/6/2017).
Diungkapkannya, pemerintah perlu melakukan relokasi lahan ke luar Jawa yang tanahnya masih luas. Namun demikian, terlebih dahulu perlu disiapkan infrastruktur yang baik sebagaimana di Jawa.
“Lahan paling subur memang di Jawa, tapi kelebihan di luar Jawa itu luasannya relatif besar. Di Jawa karena sawahnya kecil-kecil, ongkos produksinya enggak efisien. Investasinya juga besar untuk buka lahan,” ujar Ageng.
Di sisi lain, masalah di pertanian padi di luar Jawa tak hanya sekedar masalah lahan, melainkan juga sumber daya manusia, dalam hal ini petani, yang masih sangat terbatas.
“Lahan banyak tapi sumber daya manusia atau orang yang pengetahuan tentang padi itu kebanyakan di Jawa. Sumber daya manusia di luar Jawa ini belum banyak yang menguasai soal padi. Beda dengan petani di Jawa yang memang sejak dulu hidup dari padi,” terang Ageng. (idr/mkj)
Minggu, 18 Jun 2017
Sumber: detik.com
Indonesia Representative Assistant Food and Agriculture Organization (FAO), Ageng Herianto, menjelaskan kurang efisiennya produksi beras di Indonesia lantaran selama puluhan tahun mengandalkan lahan pertanian di Pulau Jawa.
“Jawa ini yang paling subur, infrastrukturnya yang paling siap. Lahannya benar-benar subur karena tanah vulkanik, ini berbeda dengan sekali dengan lahan di luar Jawa. Lebih banyak mengandalkan Jawa,” kata Ageng kepada detikFinance, Minggu (18/6/2017).
Diungkapkannya, pemerintah perlu melakukan relokasi lahan ke luar Jawa yang tanahnya masih luas. Namun demikian, terlebih dahulu perlu disiapkan infrastruktur yang baik sebagaimana di Jawa.
“Lahan paling subur memang di Jawa, tapi kelebihan di luar Jawa itu luasannya relatif besar. Di Jawa karena sawahnya kecil-kecil, ongkos produksinya enggak efisien. Investasinya juga besar untuk buka lahan,” ujar Ageng.
Di sisi lain, masalah di pertanian padi di luar Jawa tak hanya sekedar masalah lahan, melainkan juga sumber daya manusia, dalam hal ini petani, yang masih sangat terbatas.
“Lahan banyak tapi sumber daya manusia atau orang yang pengetahuan tentang padi itu kebanyakan di Jawa. Sumber daya manusia di luar Jawa ini belum banyak yang menguasai soal padi. Beda dengan petani di Jawa yang memang sejak dulu hidup dari padi,” terang Ageng. (idr/mkj)
Minggu, 18 Jun 2017
Sumber: detik.com