5 Poin Penting Negara Ideal Menurut Plato


Urusan mengenai negara sudah lama sekali menjadi hal yang penting bagi orang-orang Athena, Yunani Kuno.  Mereka, orang-orang Athena, percaya bahwa hanya melalui negara, sesorang dapat penghargaan atas dirinya.  Memang, melalui demokrasi-nya, Athena bisa dibilang berhasil mewujudkan kebebasan bersuara untuk semua orang.  Itulah kenapa negara harus ada menurut mereka.

Plato, sebagai seorang filsuf kesohor Athena saat itu, juga turut menyumbangkan pemikirannya terkait konsep negara.  Hal tersebut dilakukan Plato karena dalam beberapa masa hidupnya, terutama semenjak kematian Socrates gurunya, ia merasakan Athena semakin mundur.  Menurutnya, perlu untuk dilakukan perombakan sistem negara agar politik Athena kembali kepada masa jayanya.

Perlu diketahui juga bahwa konteks negara yang dimaksud oleh Plato disini merujuk pada kondisi Athena di masa hidupnya dulu.  Saat itu, Athena merupakan sebuah polis Yunani, dengan penduduk tidak lebih dari dua sampai tiga ribu jiwa.

Maka, negara yang dimaksud Plato, jika dilihat dari kondisi demografisnya, lebih cocok dibilang sebagai kota saat ini.  Hal tersebut wajar, karena pada zamannya, belum ada wilayah sebesar negara, yang ada hanya polis-polis dengan pemimpin masing-masing.

Saat itu perbudakan juga merupakan hal yang wajar di Athena.  Budak-budak tersebut, yang jumlahnya cukup besar, tidak dianggap sebagai warga negara.  Mereka, yang diakui sebagai warga negara, hanyalah orang-orang merdeka juga para pria.

Sesuai dengan pemikiran filosofis nya mengenai dunia ide, Plato juga beranggapan bahwa negara ideal perlu menerapkan gagasan-gagasan dari dunia ide.  Plato mengandaikan sebuah negara sebagai manusia dalam ukuran besar.  Artinya, negara harus memiliki bagian-bagian yang dimiliki manusia, yaitu kepala tempat berpikir, hati untuk bertindak, serta perut sebagai sumber hawa nafsu.

Itulah kenapa konsep negara ideal Plato adalah pembagian masyarakat ke dalam golongan-golongan tertentu.  Diantaranya, golongan tersebut adalah: Pemimpin (kepala), Pelengkap (hati), Pekerja (perut).

Menurutnya, tiap-tiap individu dalam negara harus bekerja sesuai fungsinya demi kemakmuran bersama.  Sementara, kemakmuran individu tidaklah penting, polis atau negara berada di atas semua individu.  Berikut ini beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dari konsep negara ideal milik Plato.

1. Dipimpin Oleh Seorang Filosof

Sebagaimana gurunya, Plato juga menaruh kepercayaan tertinggi kepada akal manusia, atau biasa disebut sebagai seorang rasionalis.  Menurutnya, sosok yang memimpin negara harus berfungsi bagaikan kepala untuk tubuh manusia.  Artinya, posisi tersebut adalah tempat untuk memberikan perintah serta memikirkan kebijaksanaan.

Maka, menurut Plato, sosok yang paling tepat mengisi jabatan sebagai pemimpin adalah seorang filosof.   Atau dapat dikatakan Plato ingin para pemimpin mempelajari filosofi terkait kebijaksanaan.  Karena seperti yang dipercayainya, segala bentuk kebaikan dan kebenaran hanya dapat dicapai melalui akal.

Plato tentu saja sama sekali tidak bermaksud untuk menjadi pemimpin.  Ia hanya mengungkapkan pendapatnya.  Terutama ketika ia sendiri melihat bahwa terjadi banyak kegaduhan dalam sistem politik Athena saat itu.

2. Wanita Boleh Memimpin

Seperti yang kita ketahui, sebagai seorang rasionalis, Plato lebih percaya kepada akal manusia dari pada urusan gender.  Begitupula dalam hal kepemimpinan.  Plato percaya bahwa wanita juga memiliki akal yang sama dengan pria, itulah sebabnya wanita diperbolehkan memimpin dalam negara ideal Plato.

Menurutnya, jika wanita diberikan kesempatan untuk belajar filosofi, serta dibebaskan dari urusan membesarkan anak, wanita juga dapat memipin sebaik laki-laki.  Pandangan ini terbilang tidak umum, bahkan bagi orang-orang Athena yang menghargai demokrasi.  Karena saat itu, di Athena sendiri, urusan politik hanya boleh dikerjakan oleh pria dewasa.

3. Tidak Adanya Harta Milik Pribadi

Seperti yang sudah saya paparkan di atas, Plato membagi masyarakat kedalam tiga golongan, yaitu: Pemimpin, pelengkap, serta pekerja.  Menurutnya, untuk dua golongan pertama, yaitu pemimpin dan pelengkap, mereka tidak boleh memiliki harta milik pribadi.

Harta milik pribadi adalah kewenangan bagi golongan pekerja, karena mereka yang bertanggung jawab menghasilkan makanan untuk negara.

Pemimpin bertugas untuk memberi perintah, dan melakukan kebijaksanaan, mereka harus dilindungi dalam menjalankan tugasnya tersebut.  Sementara, pelengkap adalah golongan masyarakat militer, bertugas melindungi negara dari serangan musuh, serta melindungi para pemimpin.  Mereka tidak diijinkan untuk memberi perintah.

4. Pendidikan Anak Diatur Negara

Plato adalah tokoh pertama yang mengemukakan pengaturan pendidikan anak oleh negara secara tersistem.  Menurutnya, anak-anak terlalu penting untuk diserahkan kepada orang tuanya.   Anak-anak harus di didik melalui sistem negara, untuk mempersiapkan masa depan bersama.

Sistem pendidikan yang dibayangkan oleh Plato dilakukan secara bertahap.   Menurutnya, tahapan-tahapan tersebut harus dilalui untuk mencetak pemimpin-pemimpin baru, atau filososf-filosof baru.  Sementara, mereka yang gagal dapat masuk ke dalam golongan pekerja ataupun pelengkap.

Pendidikan anak dimulai dengan yang paling dasar, yaitu mengendalikan diri.  Menurutnya, penting bagi anak-anak yang berusia 10 tahun keatas untuk mendapatkan pelatihan gimnastic (senam), dan musik.  Senam akan membuat fisik mereka bugar dan musik akan mengenalkan mereka dengan keindahan.

Selain itu, ada meteri-materi lain seperti membaca, menulis, berhitung, serta mengarang sajak.  Pendidikan awal ini dilakukan sampai mereka berusia 18 tahun.  Setelah lulus, mereka akan mengikuti ujian pendidikan militer, yang tidak lulus ujian akan dimasukkan ke dalam golongan pekerja, sementara yang lulus akan disiapkan untuk golongan pelengkap melalui pendidikan militer.

Mereka yang dimasukkan ke dalam golongan pemimpin, atau golongan para filosof adalah yang terbaik dalam pendidikan militer.   Mereka akan menempuh pendidikan lagi sampai usia 50 tahun.  Setelah lulus, baru mereka dianggap layak untuk memimpin negara.

5. Berkaca Pada Suku Sparta

Sebuah fakta menarik dari pemikiran Plato mengenai konsep negara ideal adalah bahwasannya ide tersebut terinspirasi oleh suku sparta.  Mereka, suku sparta, adalah orang-orang disiplin dan memiliki jiwa sosial paling tinggi dibandingkan dengan orang-orang Yunani lainnya.

Selain itu, kemampuan berperang orang-orang Sparta adalah yang terbaik di masanya.  Mereka dikisahkan mampu menghabisi ribuan, bahkan ratusan ribu pasukan Persia yang saat itu hendak menaklukkan Sparta hanya dengan 300 orang.   Begitulah Plato kemudian terinspirasi oleh orang-orang Sparta ini.

Sumber: kenapasejarah.id