Dengan Refugia, Wereng pun Terusir

SEJAK Desember 2017, warga Desa Gumelem Kulon Kecamatan Susukan giat menanam berbagai jenis tanaman bunga. Bukan di halaman rumah, tapi mereka yang berasal dari beberapa kelompok tani itu menanamnya di galengan sawah. Tanaman bunga tersebut bukanlah untuk membuat taman.

Tapi untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi yang ditanamnya. Jenis bunga yang ditaman yakni jenis refugia, antara lain kenikir, bunga kertas, tapak dara, jengger ayam, bunga matahari dan jenis lainnya. Teknik refugia ini mulai digencarkan oleh pemerintah untuk memerangi hama wereng coklat. Kepala Desa Gumelem Kulon Arief Machbub mengatakan, penanaman bunga tersebut dilakukan oleh gabungan dari beberapa kelompok tani.

Selain di galengan sawah, tanaman bunga juga ditanam di tepi jalan desa sehingga menambah keindahan. ”Ternyata, hama wereng coklat yang selama ini menghantui petani bisa dihadapi dengan bunga-bungaan,” terangnya.

Menurutnya, pemanfaatan tanaman bunga-bungaan tersebut terbukti ampuh menghalau wereng coklat. Produktivitas tanaman padi bahkan mencapai 11 ton per hektare. Hasil tersebut sungguh luar biasa, bahkan jauh dari perkiraan sebelumnya. ”Jadi, kami berharap agar petani di Gumelem Kulon ini bisa menerapkan teknik bunga refugia,” jelasnya. Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Toto Setya Winarna mengatakan, teknik bunga refugia pada intinya yakni melawan hama secara dengan organisme lain.

Teknik ini lebih ekonomis dan juga lebih ramah lingkungan dan kesehatan, karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang justru merugikan kesehatan. ”Tanaman hias itulah yang akan menarik serangga lain seperti tawon, capung yang menjadi musuh alami wereng dan penggerek batang,” terangnya.

Lingkungan Terjaga

Penanaman refugia akan mengurangi biaya usaha tani untuk pengendalian hama sehingga keuntungan petani dapat meningkat dan lingkungan terjaga secara berimbang. Selain menjaga keseimbangan lingkungan juga dapat menyejukkan mata manakala lahan pertanian yang subur dengan dikelilingi tanaman bunga yang mekar. Program pengendalian hama wereng coklat dengan tanaman sehat ini dilaksanakan di area percontohan seluas 50 hektare.

Selain menggunakan teknik tanaman refugia untuk melawan hama, selama perawatan juga tidak menggunakan pupuk kimia. Sehingga kualitas padi yang dihasilkan benar-benar berkualitas dan bebas dari bahan kimia. Harus diakui selama ini petani sudah terbiasa mengandalkan pupuk kimia dan insektisida kimia.

Kondisi tersebut menyebabkan punahnya beberapa hewan yang menjadi musuh alami hama. Selain itu, kondisi tanah juga semakin mengeras karena minimnya unsur hara. ”Melalui program ini, harapan kami menjadi bukti bahwa bertani secara alami juga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik,” pungkasnya.(Castro Suwito-72)

Sumber: SuaraMerdeka.com. Senin, 26 Maret 2018